Sabtu, 11 Juni 2011

Evaluasi Hasil Belajar

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi anatara individu dan individu dengan lingkungannya. Langkah pertama yang harus dilakukan oleh seorang pengajar adalah menetapakan dahulu tujuan yang akan dicapai dari mata pelajaran itu (bahan pelajaran tertentu dan bukan dari mata pelajaran itu). Untuk dapat menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan penilaian atau evaluasi. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kreteria tertentu.
Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Oleh karena itu tindakan atau kegiatan tersebut dinamakan penilaian hasil belajar. Jika seorang guru merasa bertanggung jawab atas penyempurnaan pengajarannya, maka ia harus mengevaluasi pengajarannya itu agar ia mengetahui perubahan apa yang seharusnya diadakan. Siswa juga harus dievaluasi. Berdasarkan hal tersebut diatas maka disusunlah makalah berjudul “Evaluasi Hasil Belajar”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian evaluasi hasil belajar?
2. Apa fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar?
3. Apa prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar?
4. Apa sasaran atau objek evaluasi?
5. Apa jenis alat evaluasi?
C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian evaluasi hasil belajar.
2. Menjelaskan fungsi evaluasi dalam proses belajar mengajar.
3. Menjelaskan prinsip-prinsip dasar evaluasi hasil belajar.
4. Menjelaskan sasaran atau objek evaluasi serta jenis alat evaluasi.
5. Menjelaskan jenis alat evaluasi?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar adalah kegiatan atau proses penetuan nilai hasil belajar, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya. Moh. Surya (1997) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam :
1. Kebiasaan; seperti: peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan; seperti: menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar.
4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why).
6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir).
8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu).
9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya.
Evaluasi menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan tertentu. Penilaian kuantitatif dan kualitatif diadakan untuk melihat sejauh mana bahan atau metode memenuhi kreteria tertentu. Kreteria yang digunakan itu boleh ditentukan oleh siswa sendiri, boleh juga ditentukan oleh orang lain.
B. Fungsi Evaluasi dalam Proses Belajar Mengajar
Penilaian atau evaluasi yang dilakukan terhadap proses belajar-mengajar berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran, dalam hal ini tujuan intruksional khusus. Dengan fungsi ini dapat diketahui tingkat penguasaan bahan pelajaran yang seharusnya dikuasai oleh para siswa. Dengan kata lain dapat mengetahui hasil belajar yang dicapai para siswa.
2. Untuk mengetahui keefektifan proses belajar-mengajar yang dilakukan guru. Dengan fungsi ini guru dapat mengetahui berhasil tidaknya dia mengajar. Rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa tidak semata-mata disebabkan kemampuan siswa tetapi juga disebabkan kurang berhasilnya guru mengajar. Melalui penilaian, berarti menilai kemampuan guru itu sendiri dan hasilnya dapat dijadikan bahan dalam memperbaiki usahanya, yakni tindakan mengajar berikutnya.
Dengan demikian fungsi penilaian dalam proses belajar-mengajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan guru. Penilaian hasil belajar dapat dilaksanakan dalam dua tahap. Pertama, tahap jangka pendek, yakni penilaian yang dilaksanakan guru pada akhir proses belajar-mengajar. Penilaian ini disebut Penilaian formatif. Kedua, penilaian jangka panjang, yakni penilaian yang dilaksanakan setelah proses belajar-mengajar berlangsung beberapa kali atau setelah menempuh satu periode tertentu, misalnya penilaian tengah semester atau pada akhir semester. Penilaian ini disebut penilaian sumatif.
Penilaian formatif tujuan utamanya bukan menentukan hasil belajar yang dicapai siswa, akan tetapi lebih ditekankan kepada perbaikan proses belajar-mengajar. Penilaian sumatif lebih banyak ditujukan kepada kepentingan siswa. Artinya, digunakan untuk menetapkan keberhasilan siswa dalam menguasai tujuan instruksinal atau tujuan kurikuler.
C. Prinsip-Prinsip Dasar Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip berikut:
1. Prinsip Keseluruhan
Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh dikenal dengan istilah prinsip komprehensif (comprehensive). Evaluasi belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh, atau menyeluruh. Dengan melakukan evaluasi hasil belajar secara bulat, utuh menyluruh akan diperoleh bahan-bahan keterangan dan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan perkembangan subjek didik yang sedang dijadikan sasaran evaluasi.
2. Prinsip Kesinambungan
Prinsip kesinambungan dikenal istilah prinsip kontinuitas (contunuity). Dengan prinsip ini dimaksudkan bahwa evaluasi belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung-menyambungdari waktu kewaktu. Evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara berkesinambungan itu juga dimaksudkan agar pihak evaluator (guru, dosen, dan lain-lain) dapat memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-langkah atau merumuskan kebijakan-kebijakan yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya, agar tujuan pengajaran sebagimana telah dirumuskan pada Tujuan Instruksional Khusus (TIK) dapat tercapai dengan baik.
3. Prinsip Objektivitas
Prinsip objektivitas (objectivity) mengandung makna, evaluasi hasil belajar dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut keadaan yang senyatanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat subjektif. Prinsip ketiga ini sanmgat penting sebab apabila dalam melaksanakan evaluasi unsur-unsur subjektif menyelinap masuk kedalamnya, akan dapat menodai kemurnian hasil evaluasi itu sendiri.
D. Sasaran atau Objek Evaluasi
Langkah pertama yang harus ditempuh guru dalam mengadakan penilaian ialah mentapkan apa yang menjadi sasaran atau objek penilaian. Sasaran ini penting diketahui agar mudah memudahkan guru dalam menyusun alat avaluasi alat evaluasinya. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yakni:
1. Segi tingkah laku, artinya segi yang m enyakut sikap, minat, perhatian, keterampilan siswa sebagai akibat dari proses mengajar dan belajar.
2. Segi isi pendidikan, artinya penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam proses mengajar-belajar.
3. Segi yang menyakut proses mengajar dan belajar itu sendiri. Proses belajar dan mengajar perlu diadakan penilaian secara objektif dari guru, sebab baik tidaknya proses mengajar dan belajar akan menetukan baik tidaknya hasil belajar yang dicapai siswa.
E. Jenis Alat Evaluasi
Setelah sasaran penilaian ditetapkan maka langkah kedua bagi guru ialah menetapkan alat penilaian yang paling tepat untuk menilai sasran tersebut di atas. Pada umumnya alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni: (1) tes, dan (2) non tes. Kedua jenis ini dapat digunakan untuk menilai ketiga sasaran penilaian yang dikemukakan di atas. Agar para guru mengetahui dan terampil dalam mengadakan penilainya.
1. Tes
Tes seharusnya memungkinkan guru memperoleh data tentang kemampuan siswa dalam mencapai tujuan intruksional. Tes ada yang sudah distandarisasi, artinya tes tesebut telah mengalami proses validasi (ketepatan) dan reabilitasi (ketetapan) untuk suatu tujuan tertentu dan untuk sekelompok siswa tertentu. Sebagai contoh, penyusunan THB (Tes Hasil Belajar) merupakan usaha penysunan tes yang sudah distandarisasi.
Disamping itu yang banyak kita temukan ialah tes buatan guru sendiri. Tes ini belum distandarisasi, sebab dibuat oleh guru untuk tujuan tertentu dan untuk siswa tertentu pula. Meskipun demikian, tes ini harus pula mempertimbangkan faktor validitas dan reabilitasnya. Tes ini terdiri dari tiga bentuk yaitu:
a. Tes lisan
b. Tes tulisan
c. Tes tindakan
Jenis tes tersebut biasanya digunakan untuk menilai isi pendidikan, misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan pemahaman pelajaran yang telah diberikan guru.
Tes pada umumnya mengukur hasil karya siswa. Tes dapat diselenggarakan dalam kondisi buatan atau dalam kondisi wajar, tetapi kebanyakan tes diselenggarakan dalam kondisi buatan, yakni dengan sengaja guru memberikan rangsangan. Tes-tes dalam kondisi wajar pada umumnya berupa pengumpulan data yang dilakukan pada waktu siswa tidak mengetahui bahwa ia sedang di tes.
2. Non Tes
Untuk menilai aspek tingkah laku, jenis non-tes lebih sesuai digunakan sebagai alat evaluasi. Seperti menilai aspek sikap, minat, perhatian, karakteristik, dan lain-lain yang sejenis. Alat evaluasi non-tes antatra lain:
a. Obsevasi, yakni pengamatan kepada tingkah laku pada situasi tertentu. Obsevasi bisa dalam keadaan sebenarnya atau observasi langsung dan bisa pula obsevasi tidak langsung. Keduanya dapat dilaksanakan secara sistematik, yakni dengan menggunakan pedoman observasi dan bisa pula tidak (tanpa pedoman).
b. Wawancara, ialah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dengan yan g diwawancarai. Untuk memudahkan pelaksanaanya perlu disediakan pedoman wawncara berupa pokok-pokok yang akan ditanyakan.
c. Studi kasus, mempelajari individu dalam periode tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya. Misalnya untuk melihat sikap siswa terhadap pelajaran yan g diberikan guru di sekolah slam satu semester.
d. Rating scale (skala penilaian), merupakan salah satu alat penilaian yang menggunakan skala yang telah disusun dari ujung yang negatif sampai pada ujung positif, sehingga pada skala tersebut si penilai tinggal membubuhi tanda cek saja (√).
e. Check list, hampir menyerupai rating sclae, hanya pada check list tidak perlu disusun kreteria atau skala yang negatif sampai kepada yang positif. Cukup dengan kemungkinan-kemungkinan jawaban yang akan kita minta dari yang dievaluasi.
f. Inventory, daftar pertanyaan yang disertai alternatif jawaban diantara setuju, kurang setuju atau tidak setuju.





















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Evaluasi hasil belajar adalah kegiatan atau proses penetuan nilai hasil belajar, sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya
2. Fungsi evaluasi (penilaian) dalam proses belajar-mengajar bermanfaat ganda, yakni bagi siswa dan guru.
3. Evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam pelaksanaannya senantiasa berpegang pada tiga prinsip yaitu (a) Prinsip Keseluruhan, (b) Prinsip Kesinambungan, dan (c) Prinsip Objektivitas.
4. Pada umumnya ada tiga sasaran pokok penilaian, yakni: (a) Segi tingkah laku, (b) Segi isi pendidikan, dan (c) Segi yang menyakut proses mengajar dan belajar itu sendiri..
5. Pada umumnya alat evaluasi dibedakan menjadi dua jenis, yakni: (a) tes, dan (b) non tes.
B. Saran
Makalah ini hanya menyajikan poin-poin penting dan tidak secara mendetail, oleh karena itu sebaiknya para pembaca menggunakan referensi lain untuk menambah pengetahuan mengenai evaluasi hasil belajar.











DAFTAR PUSTAKA

Asril, Zainal. 2010. Micro Teaching: Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.

Popham, W., James, dan Eva L. Baker. 2003. Teknik Mengajar secara Sistematis. Amirul Hadi, dkk. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sutrisno, Joko. 2010. Pengaruh Metode Belajar Inquiry dalam Belajar Sains di Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa. http://www.infodiknas.com/009-metode-pembelajaran-inquiry-pengaruh-metode-pembelajaran-inquiry-dalam-belajar-sains-terhadap-motivasi-belajar-siswa/. Diakses tanggal 10 Desember 2010.

KETERKAITAN MIPA, TEKNOLOGI DAN MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu konsep pembelajaran tentang alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia yang merupakan bagian dari Negara-negara berkembang dan Negara-negara maju.
Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa.
Pendidikan di Indonesia yang sangat kurang atau masih sangatlah minim ini yang menyebabkan Dirinya tidak mampu menciptakan suatu teknologi sendiri dari hasil pemikiran atau tingkat kekreativan maupun kecerdasannya. Sehingga, inilah yang menjadi pendorong utama, teknologi yang di konsumsi oleh masyarakat Indonesia berasal dari Luar Negaranya. Maka dari itu, perlu adanya suatu pendidikan maupun bimbingan yang mampu mengolah sumber daya manusia di Indonesia menjadi Sumber Daya Manusia yang berguna, kreatif, dan cerdas.
Gerakan reformasi dalam pembelajaran sains dan teknologi di sekolah, tiada lain menjadikan warga negara melek akan sains dan teknologi (scientific and technological literacy) sebagaimana apa yang dilakukan dan telah dimulai dalam dua dekade terakhir oleh negara-negara maju. Perkembangan Iptek yang semakin pesat perlu perhatian oleh guru dan peserta didik. Dalam hal ini peserta didik perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami, dan menguasai Iptek dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya. Persiapan seawal mungkin sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan di masa depan yang semakin meningkat. Berbagai tantangan muncul, antara lain menyangkut peningkatan kualitas hidup, pemerataan hasil pembangunan, partisipasi masyarakat, dan kemampuan untuk mengembangkan sumber daya manusia.
Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Saat ini, Iptek sudah mengalami peningkatan, namun pembelajaran masih didominasi dengan penggunaan metode ceramah atau metode yang masih konvensional yang kegiatannya lebih berpusat pada guru (teacher centered). Dalam hal ini tentu saja aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting sehingga siswa cenderung dituntut untuk membenarkan apa yang dikatakan oleh guru tanpa usaha untuk membuktikan kebenarannya.
Dalam proses pembelajaran guru hanya menjelaskan IPA sebatas produk (yang sudah ada) dan sedikit proses tanpa pembuktian. Salah satu alasan yang menyebabkan adalah banyaknya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau mendapatkan suatu teori atau hukum. Oleh karena itu, metode, pendekatan dan alat peraga/praktikum sebagai alat media pendidikan untuk menjelaskan IPA sangat diperlukan. Tujuan pembelajaran secara umum adalah agar siswa memahami konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentangproses alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala alam dan mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cara untuk dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas, guru dalam mengajar dapat menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Dalam hal ini, salah satu pendekatan yang sesuai dengan perkembangan Iptek adalah pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM), karena pendekatan ini memungkinkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat.
Maka dari itu dalam makalah ini penulis akan menyajikan pengaruh IPA dan Teknologi terhadap pengaruhnya kepada masyarakat, sehingga kita tidak terlalu mengagungkan yang namanya IPTEK dan Teknologi, dan kita juga bisa juga memilah apa-apa yang positif didalamnya tanpa harus mengabaikan segalanya.

B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan-rumusan permasalahan mengenai materi makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Pendidikan IPA, dan Sains, serta kaitan antara IPA terhadap Teknologi?
2. Apakah Defenisi dari Sains Teknologi Masyarakat?
3. Jenis-jenis pengetahuan apa saja yang berkembang dalam masyarakat?
4. Bagaimana peranan IPA dan Teknologi dalam masyarakat?
5. Apa saja dampak IPA dan Teknologi terhadap masyarakat?

C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian IPA, Pendidikan IPA, dan sains, serta kaitan antara IPA terhadap teknologi
2. Mengetahui Defenisi dari Sains Teknologi Masyarakat
3. Mengetahui jenis-jenis pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat
4. Mengetahui peranan IPA dan Teknologi dalam masyarakat
5. Mengetahui dampak IPA dan Teknologi dalam masyarakat

D. Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan yang dapat kita dipetik dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Mengetahui Pengertian IPA, Pendidikan IPA, dan sains, serta kaitan antara IPA terhadap teknologi
2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat
3. Mahasiswa mengetahui Defenisi dari Sains Teknologi Masyarakat
4. Mahasiswa mengetahui peranan IPA dan Teknologi dalam masyarakat
5. Mahasiswa mengetahui dampak IPA dan Teknologi dalam masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPA, Pendidikan IPA, dan Sains
1. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau hasil observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu aspek Fisika, aspek Biologi dan aspek Kimia. Pada aspek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada aspek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.

2. Pendidikan IPA
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di SMP.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasai materi IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”. Sedangkan Pendidikan IPA menurut Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara disiplin ilmu yang bersifat produktif”.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa terutama yang ada memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.

3. Sains
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Sains timbul dari rasa ingin tahu melalui pengamatan dan pengalaman yang dilakukan dan menghasilkan sebuah pengetahuan. Pengetahuan ini kemudian akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan ketika pengetahuan tersebut bersifat kumulatif, logis, objektif, metodik, sistematik dan general yang kemudian timbullah yang namanya IPA/ Sains.

B. Keterkaitan antara MIPA dan Teknologi
Soedijarto mengemukakan bahwa dalam menghadapi abad ke-21 ada tiga indikator utama dari hasil pendidikan yang bermutu dan tercermin dari kemampuan pribadi lulusannya, yaitu (1) kemampuan untuk bertahan dalam kehidupan, (2) kemampuan untuk meningkatkan kualtas kehidupan, baik dalam segi social budaya, dalam segi politik, segi ekonomi, maupun dalam segi fisik biologis, dan (3) kemampuan untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan. Salah satu masalah kehidupan yang akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah adanya perubahan masa yang akan datang yang belum pasti bentuk dan arahnya, namun, yang pasti adalah adanya tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya teknologi.
Nana Syaodih S mengemukakan bahwa sebenarnya sejak zaman dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dahulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Anglin mendefenisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast dan Rosenweig menyatakan teknologi is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra, dan otak manusia.
Dari pengertian diatas tampak bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari adanya teknologi. Artinya, teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada cirri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Pada abad ke-IV, antara pendidikan MIPA dan Teknologi dulunya tidak dikaitkan, dalam artian berdiri sendiri, dimana pendidikan MIPA hanyalah MIPA tanpa teknologi, dan teknologi hanyalah teknologi tanpa MIPA. Tetapi sekarang MIPA itu dikaitkan dengan teknologi artinya bahwa MIPA itu bagaimana diterapkan atau dikaitkan dengan teknologi. Sedangkan society, masyarakat tidak lagi dari kebutuhan IPA dan teknologi itu sendiri.
Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) atau biasa juga di Indonesia disebut dengan Salingtemas (Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat) mulai berkembang pada dasarwarsa 70-an, sebagai reaksi dari pola pengajaran sains post-Sputnik. Titik penekanan dari pola ini adalah mengembangkan hubungan antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian mereka. Paling tidak terdapat beberapa konteks dalam pedekatan STM ini. Konteks-konteks tersebut adalah sebagai berikut :
1. Interaksi sehari-hari siswa dengan dunia sekitarnya
Suatu pengetahuan ilmiah yang luas akan memperkaya kehidupan individu, juga membuat berbagai pengalaman untuk diinterpretasi pada tahap yang berbeda. Pengembaraan di kebun atau hutan misalnya, akan memperoleh suatu pengalaman yang lain bila si pengembara/siswa tersebut memiliki pengetahuan biologi dan geologi. Berhubungan dengan hal ini juga adalah ketika pengetahuan ilmiah digunakan dalam menyelesaikan masalah praktis yang bisa muncul kapan saja di sekitar rumah tangga, seperti memperbaiki mainan atau peralatan listrik yang rusak.
Namun, hal ini sudah lama disadari bahwa jika guru ingin siswanya mampu melakukan aplikasi pengetahuan ilmiah, maka latihan yang diberikan untuk hal itu harus lebih banyak. Untuk kebanyakan siswa, hal ini tidak datang secara alami, dan pengetahuan serta keterampilan yang dipelajari di kelas sains biasanya disimpan dalam “kotak ingatan” yang berbeda dengan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Cakupan yang lebih luas antara sains melalui teknologi terhadap masyarakat
Dengan tujuan ini pengajaran sains bergerak keluar dari sekedar pengajaran sains di kelas. Berbagai materi mulai dari dampak pencemaran udara terhadap lingkungan seperti efek rumah kaca yang berlanjut ke hujan asam, pemanasan global dan perubahan iklim dipelajari di kelas sains. Ruang lingkup STM lebih luas dari sekedar komponen sains dari hal tersebut, namun ke segala hal detil yang mempengaruhi kelangsungan hidup umat manusia secara keseluruhan. Pada pola ini pemahaman sains harus benar-benar dipahami dan ini melibatkan pengajaran sains pada tahapan yang lebih tinggi. Sehingga hal ini akan memberikan tantangan yang berarti bagi guru sains di kelas untuk menyesuaikan diri terhadap pembahasan permasalahan yang diulas dengan taraf pengetahuan siswa.
Pembahasan berbagai permasalahan STM akan membawa kepada pemahaman hal apa yang perlu dilakukan untuk menangani atau mencegah hal tersebut terjadi serta faktor apa saja yang terlibat atau tidak terhadap masalah tersebut membawa berbagai pengetahuan dan kepercayaan di luar pengajaran sains, dan hal nilah yang harusnya diintregrasikan dalam pengetahuan ilmiah. Para siswa diharapkan untuk dapat mulai melihat bahwa walaupun pengetahuan ilmiah berada di belakang permasalahan tersebut namun hal itu tidaklah cukup, diharapkan siswa melakukan tindakan bijak sebagai anggota masyarakat dalam memelihara kelestarian alam. Sehingga siswa belajar menyadari beberapa hal keterbatasan dalam sains yang merupakan bekal berarti bagi kehidupannya.
3. Pendekatan sikap dan nilai ilmiah
Pendekatan ini dapat dilakukan dalam dua penekanan yang berbeda. Yang pertama melibatkan usaha untuk mengembangkan berbagai sikap tersebut yang dilihat sebagai sifat-sifat ilmuwan yang bila dikembangkan akan membantu siswa menyelesaikan persoalan sejenis seperti halnya ilmuwan menyelesaikannya.
Beberapa sikap tersebut diantaranya adalah:
a. Mengetahui butuhnya bukti sebelum membuat klaim pengetahuan
b. Mengetahui butuhnya berhati-hati ketika melakukan interpretasi pada hasil percobaan/pengamatan
c. Kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi lain yang juga masuk akal
d. Kemauan untuk melakukan aktivitas percobaan secara hati-hati
e. Kemauan untuk mengecek bukti dan interpretasinya
f. Mengakui keterbatasan penyelidikan secara ilmiah
Penekanan yang kedua adalah mengembangkan sikap-sikap khusus terhadap alam sekitar, mata pelajaran selain sains ataupun dasar untuk karir masa depan seperti halnya sikap terhadap sains. Berbagai sikap tersebut seperti:
a. Rasa ingin tahu tentang alam fisik dan biologis dan bagaimana hal itu bekerja
b. Kesadaran bahwa sains dapat menyumbangkan hal untuk mengatasi masalah individu ataupun global
c. Suatu antusiasme terhadap pengetahuan ilmiah dan metodanya
d. Suatu pengakuan bahwa sains adalah aktivitas manusia bukan sesuatu yang mekanis
e. Suatu pengakuan pentingnya pemahaman ilmiah dalam dunia yang modern
f. Suatu kenyataan bahwa pengetahuan ilmiah bisa digunakan untuk maksud baik maupun jahat
g. Suatu pemahaman hubungan antara sains dan bentuk aktivitas manusia lainnya
h. Suatu pengakuan bahwa pengetahuan dan pemahaman sains berbeda dengan yang dilakukan sehari-hari
Berbagai sikap di atas secara jelas berhubungan dengan sains, dan akan berpotensi terus berkembang khususnya ketika siswa terlibat dalam pelajaran sains di sekolah. Namun, terdapat juga sikap-sikap positif lainnya yang mana seorang guru sains dapat juga meneguhkan dan memperkuatnya seperti rasa tanggung jawab, kesediaan untuk bekerja sama, toleransi, rasa percaya diri, menghargai orang lain, kebebasan, dapat dipercaya dan kejujuran intelektual.
Pengembangan sikap-sikap ini biasanya merupakan konsekwensi tidak langsung dari seluruh pengalaman di sekolah maupun di dunia luar. Tidak seorang gurupun atau sekumpulan kegiatan yang akan bertanggung jawab terhadap sikap siswa terhadap sains. Penelitian dalam pendidikan misalnya, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh hidden curriculum dibanding isi materi kurikulum terhadap cara pandang siswa terhadap dirinya, guru, sekolah maupun proses pendidikan. Namun, walaupun perubahan sikap adalah hal yang lambat dibanding pertambahan pengetahuan dan pengurukannya juga sulit dilakukan, hal ini tidak menjadikan bahwa hal itu tidak perlu dilakukan.
Pendekatan sifat alamiah dari sains adalah pendekatan yang membawa berbagai implikasi yang terkesan rumit baik bagi siswa maupun guru. Siswa yang belajar di kelas yang paling tidak mendapat tiga mata pelajaran sains (biologi, fisika dan kimia) akan berhadapan dengan beragam guru sains yang juga beragam sikap dan pandangannya tentang sains. Hal ini berpotensi untuk menimbulkan kebingungan siswa, sudut pandang guru yang mana yang memang lebih tepat? Cara yang lebih baik adalah dengan mengakui adanya keberagaman pandangan tentang sains dan kesulitannya mencari suatu konsensus, untuk kemudian mendiskusikan kekuatan dan kelemahan berbagai pandangan tersebut. Salah satu cara yang telah diterapkan adalah dengan pendekatan sejarah dan filsafat sains (History and Philosophy of Science) yaitu dimana siswa terlibat dalam mempelajari dan menganalisis sebab-sebab historis dimana prestasi sains berlangsung.

C. Sains Teknologi Masyarakat
1. Sejarah timbulnya STS (Sains Teknology Society)
TE didirikan tahun 1979, bertujuan untuk mengembangkan Sains dan Teknologi sebagai bagian dari pendidikan umum masyarakat setiap Negara. Yang kemudian muncullah sebuah organisasi internasional baru yaitu SE yang bertujuan untuk meningkatkan pendidikan sains diseluruh dunia dengan cara menukar-menukar informasi dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, penerbit newsletter, buku pegangan bagi para sains dan lain-lain. Meskipun ICASE tidak mencantumkan “Teknologi“ dalam nama organisasinya karena didirikan sejak tahun 1973,namun kegiatan dan penelitiannya dalam bidang sains dan teknologi. Pada symposium ke-7 dinegeri belanda ICASE berubah nama menjadi IOSTE, dengan harapan terjadinya inovasi dalam pendidikan sains didunia dengan jalan memilih dan mengefektifkan strategi pembelajaran melalui pengalaman.
Adanya dampak negatif dari teknologi mengakibatkan timbulnya usaha-usaha untuk menanggulangi dan memperbaikinya dengan konsep-konsep ilmiah yang dimilikinya. Maka dari itu pada pertemuan IOSTE sebelumnya disarankan agar pendidikan sains dan teknologi yang disajikan menggunakan “topik” dan “unit” yang menyatakan bahwa dilkasanakannya Science-technology-society atau pendekatan STS dalam pendidikan sains. Hingga pada suatu ketika ada yang mengusulkan untuk menggantinya dengan STSE atau Science-Teknology-Enviroment (STE). Ada yang berpendapat agar pendidikan sains technology dinyatakan dengan pendidikan lingkungan atau pendidikan saja dengan alasan, pada saat ini pendidikan sains tidak dapat lagi disajikan tanpa dikaitkan dengan teknologi untuk kebutuhan masayarakat. Apapun namanya, yang penting adanya perubahan pandangan para guru dan adanya keinginan untuk mengubah atau memodifikasi pembelajarannya sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat membangun dan membentuk pengetahuannya mengenai konsep-konsep tertentu melalui berbagai kegiatan yang dirancang guru. Dan yang paling penting adalah mengembangkan kemampuan intelektual anak sehingga dapat berfikir kritis dan menanggapi permasalahan baik didalam maupun diluar sekolah “ Dikutip dari clipping service Anna Poedjiadi, FMIPA-IKIP Bandung ”

2. STM (Sains Teknologi Masyarakat) / STS (Sains Teknology Society)
Pendidikan sains dengan pendekatan STM adalah suatu bentuk pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat untuk memecahkan isu-isu di dalamnya. Belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan Teknologi dirasakan lebih dekat dan belajar IPA melalui isu-isu masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan Teknologi dirasakan lebih punya arti dibandingkan dengan konsep-konsep dan teori IPA itu sendiri.
Salah satu alasan dari pengajaran pengajaran STM ini yaitu untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan, skill, yang secara efektif memberikan respon aktif terhadap issue sains dan teknologi.
3.Tujuan Sains Teknology Society (STS)
1.Untuk keperluan pribadi (prinsip IPA harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dalam dunia kesehatan,gizi dan lain-lainnya).
2.Issue sosial, dengan adanya STS ini masyarakat mampu dengan mudah memahami IPA
3.Adanya beberapa profesi atau karier yang banyak berkaitan dengan IPA .
4. Akademis atau Disiplin Ilmu, banyaknya warga yang melek / tidak paham terhadap sains dan teknologi, yang dapat dicirikan sebagai berikut :
a. Mempunyai pengetahuan yang luas (Sains dan Teknologi)
b. Skill (keterampilan proses), mampu bertindak ilmiah
c. Belajar terus menerus (meskipun tidak disekolah)
d. Faham keterbatasan sains dan teknologi
5. Program STS dapat menyiapkan siswa dalam menggunakan sains untuk memperbaiki kehidupannya dan sebagai penghalang atas pertambahan teknologi dunia
6. Program STS menyiapkan siswa dalam mengembangkan sains dengan penuh tanggung jawab dengan sains dan teknologi oriented issues.
7. Program STS membuat kita lebih mengenal pokok pengetahuan dalam sains dan teknologi sehingga siswa dapat deal with STS issue.
8. Program STS menyiapkam siswa untuk lebih aktif dan berpengalaman dalam membuat keputusan dan memberikan keuntungan untuk memilih karier terhadap sains dan teknologi.
4. Ciri- ciri Sains Teknology Society (STS)
Adapun ciri-ciri STS yang membedakannya dengan yang lebih bersifat tradisional adalah :
Tradisional STS
Mempelajari konsep, hukum, dan teori yang biasa ada dalam buku. Mempelajari Issue/masalah social terkait IPA yang ada disekitarnya.
Dilaboratorium, Verifikasi sesuai dengan buku. Pada praktikum, mengetes sesuai kemampuan dan mencari data yang diinginkan.
Siswa Pasif dan selalu oleh guru Siswa Aktif dalam hal mencari Informasi
Pengetahuan dan Belajar hanya dilakukan dan didapatkan dilingkungan sekolah Belajarnya bukan hanya pada lingkungan sekolah
Fokus/arah pelajaran ditentukan oleh guru/buku Focus/arah dianggap penting dan tergantung siswa
Tidak adanya pembahasan tentang kedepannya misalnya karier Selalu dikaitkan dengan masa depan dan karier siswa
Isi/materi dan informasi hanya diperoleh dari guru dan buku Isi/materinya bebas dan relevan dengan lingkungan
Guru bekerja sendiri Adanya kerjasama antara guru satu sama lain (bidang studi lain)
Secara umum memiliki kelas ilmiah yang tiap periodenya melebihi tahun pelajaran Pendidikan terstruktur
Memfokuskan pemerian informasi kepada siswa yang lebih pintar Focus pada pribbadi yang memiliki rasa keingintahuan dan konsentrasi yang tinggi
Lebih menekankan pada proses keterampilan dasar dari pada ujian akhir Menganggap keterampilan sebagai alat yang mengagungkan dalam menerapkan ilmu pengetahuan.
Tidak memperhatikan asal pengetahuan Sangat memeperhatikan asal pengetahuan
Siswa lebih berkonsentrasi pada masalah yang diberikan oleh guru atau teks Siswa menjadi tau akan tanggung jawabnya sebagai masyarakat dan untuk memecahkan masalah yang diidentifikasinya.
Pengetahuan meliputi pengelolaan informasi yang diajukan guru dan disetujui oleh siswa Berdasarkan pengalaman siswa yang menarik
Lebih fokus pada penjelasan dan pemberian pemahaman Lebih fokus pada pengetahuan budaya dan apa yang menyerupainya

Adapun perbedaan pendidikan konvensional dengan STS/STM ini adalah:
Pendidikan Konvensional STS / STM
Monodisipliner Multidisipliner
Tujuan / Indikator Orientasi masalah
Guru + Siswa Sumber Info, Guru, Ahli (pakar), dokter dan lain-lainnya.
Dimulai dengan buku dan diakhiri dengan aplikasi contoh-contoh /verifikasi Dimulai dari masalh/aplikasi dari masyarakat dan diakhiri denga konsep, hukum, dan teori
Dilaksanakan dalam kelas Dilakukan diluar kelas
Jadwal tertentu Tidak sesuai jadwal
Waktu terbatas Fleksibel/tidak terbatas

D. Jenis-jenis Pengetahuan
Ilmu sains dan teknologi timbul dimulai dengan adanya pengetahuan-pengetahuan yang timbul dari manusia terdahulu yang kemudian dapat digolongkan atas 4 pengetahuan yaitu :
1. Pengetahuan Tahayul atau Mithos
Mithos adalah suatu penjelasan atas fakta yang tidak ada kebenarannya, hanya diduga dan dipercaya begitu saja. Semua suku bangsa pada zaman dahulu mempunyai mithos dan legenda. Legenda adalah cerita rakyat yang berdasarkan mithos.
Contohnya, pada zaman dahulu orang percaya pelangi adalah tangga bidadari yang turun mandi, bunyi burung hantu adalah tanda munculnya bencana, kaisar Jepang adalah keturunan dewa matahari. Rakyat percaya dan menerima mithos karena keterbatasan-keterbatasan kemampuan pikiran manusia pada saat itu dan dorongan ingin tahunya sudah terpenuhi. Manusia tidak sanggup menjelaskan secara benar dan ilmiah tentang segala sesuatu yang diamatinya maka muncullah penjelasan yang bersifat tahayul.
2. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dengan pengamatan panca-indera dan penalaran akal budi disusun secara sistematis untuk menjeaskan fakta yang sedang dihadapi, yang merangsang panca-indera dan pikiran manusia. Pengetahuan ilmiah dapat dibagi lagi seperti berikut ini.
Fakta objektif benar
Pengetahuan ilmiah
Tafsiran fakta benar, objektif
salah subjektif
Manusia berhadapan dengan fakta alam semesta, makhluk hidup atau benda mati. Kemudian menjelaskan fakta itu atau memberi tafsiran pada fakta yang dihadapinya. Penjelasan fakta yang sesuai dengan kenyataan merupakan fakta objektif yang tidak dapat dibantah lagi. Misalnya hukum Archimedes, bahwa benda padat yang tercelup dalam fluida, berkurang beratnya sebesar zat fluida yang dipindahkannya.
Suatu teori pengetahuan adakalanya hanya bersifat tentatif artinya suatu teori pengetahuan pada suatu ketika gugur karena ditemukan fakta yang tidak mendukung teori tersebut. Berabad-abad lamanya manusia menganut pendapat Aristoteles tentang peredaran matahari dan planet-planet bahwa mataharilah yang beredar mengelilingi bumi. Pendapat itu menjadi gugur setelah Copernicus pada abad 16 menemukan bahwa bumilah yang beredar mengelilingi matahari. Menarik kesimpulan yang terlalu jauh atau membuat ekstrapolasi yang terlalu jauh dari beberapa buah fakta saja mengandung resiko tentang kebenaran ilmiah, kemungkinan benar, kemungkinan salah.

3. Pengetahuan Super-natural
Pengetahuan super-natural adalah pengetahuan yang tidak termasuk pada tahayul dan pengetahuan ilmiah, namun mempunyai fakta. Pengetahuan super-natural tidak dapat dijangkau dengan panca-indera maupun akal budi, sifatnya transrasional (di luar jangkauan akal budi). Karena iu pengetahuan ini tidak ditanggapi dengan akal budi dan bukan objek pengetahuan ilmiah dan IPA, tetapi masalah percaya, ditanggapi dengan iman, believe it or not yang sifatnya sangat pribadi dan menyangkut hah-hak asasi manusia.
4. Pengetahuan Ilmiah Semu (Pseudo Science)
Pengetahuan ilmiah semu adalah pengetahuan yang berdasarkan fakta ilmiah tetapi dicampur dengan kepercayaan dan hal-hal yang bersifat super-natural. Bangsa Babelonia (daerah Irak sekarang) kira-kira 2500 SM menyembuhkan penyakit disamping obat juga menggunakan mantera. Bangsa Babelonia juga ahli dalam ilmu perbintangan dan memberikan nama pada rasi bintang menurut nama binatang seperti Leo, Scorpio, Pisces dan sebagainya. Berdasarkan kedudukan binatang itu mereka meramal nasib seseorang dihubungkan dengan hari dan bulan kelahirannya. Ilmu perbintangan yang dihubungkan dengan kepercayaan ramalan nasib disebut astrologi. Astrologi bukan pengetahuan ilmiah melainkan pseudo science. IPA memanfaatkan hukum-hukum alam untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia bukannya alam seperti bintang-bintang di langit yang menentukan kehidupan dan nasib manusia.
Manusia, kalau menghadapi hal-hal yang berada diluar kemampuannya, maka manusia memerlukan iman atau agama. Sebaliknya menghadapi hal-hal yang berada di dalam jangkauan kemampuannya, manusia memerlukan rasio atau Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dapat dipelajari dan dilatih. Dengan kata lain, iman dan rasio, agama dan IPTEK ( ilmu pengetahuan dan teknologi) selalu berjalan bersama-sama mengiringi kehidupan manusia.
Makin maju taraf pemikiran dan kebudayaan manusia, wilayah rasio dan IPTEK lebih dominan dengan kemungkinan masih percaya kepada hal-hal yang bersifat super-natural. Rasio dan iman, IPTEK dan agama berjalan bersama-sama walaupun IPTEK sudah semakin maju. Dalam hal ini tepat sekali seperti yang dikatakan oleh Einstein “ Science without religion is blind”, ilmu pengetahuan tanpa agama adalah buta. “Religion without science is limp”, agama tanpa imu pengetahuan adalah lumpuh.
Kemungkinan lain dengan semakin majunya taraf pemikiran dan kebudayaan, manusia tidak percaya lagi kepada hal-hal yang bersifat super-natural, tidak percaya kepada ajaran agama. Mereka hanya mengandalkan solusi dari IPTEK untuk mengatasi masalah kehidupan manusia seperti yana dikatakan Lenin : Sebagai konsekuensi ilmiah, agama harus ditumpas dengan kekerasan. Sayang Lenin tidak menyaksikan runtuhnya USSR yang dibangunnya dan tidak menyaksikan patungnya diruntuhkan oleh rakyatnya sendiri yang menderita akibat filsafatnya yang menyesatkan.

E. Peranan IPA dan Teknologi Terhadap Masyarakat
Hal ini terlihat bahwa teknologi memiliki peranan yang penting dalam mendukung pembelajaran apalagi dalam bidang matematika yaitu misalnya :
1. Tempat penekaan dugaan siswa dan dan pengujian dugaan
Teknologi memudahkan hal ini karena memungkinkan siswa untuk melakukan berbagai perhitungan cepat menggunakan kalkulator sehingga akan menghemat waktu. Siswa dengan demikian dapat memeriksa perhitungan dengan cepat dan akurat sehingga memungkinkan mereka untuk memeriksa dan mengeksplorasi validitas dugaan mereka.
2. Sebagai Fasilitas
Untuk memfasilitasi siswa membangun ide-ide atau konsep-konsep yang lebih maju dan sebagainya.
3. Sebagai Sarana Pendidikan
Sains dan teknologi merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan kreatifitas termasuk mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (problem solving). Seperti halnya, teknologi membantu kita menghitung sesuatu yang rumit yang kita tidak sanggup, begitu pula kita dengan mudah mengetahui dan bahkan mendapatkan informasi-informasi tentang keadaan dunia maupun hal-hal yang baru.
4. Sebagai Alat Untuk Memasuki Berbagai Bidang Profesi
Pengetahuan dan keterampilan ilmu sains dan teknologi memungkinkan kita dapat memasuki berbagai bidang profesi, namun demikian tanpa dibarengi dengan pengembangan kreativitas pribadi maka keterampilan itu sendiri menjadi tidak berarti dan tidak menjamin dengan sendirinya masa depan yang cerah atau adanya pengembangan karir pribadi yang pasti.

F. Dampak IPA dan Teknologi terhadap Masyarakat
Disamping IPTEK memberi sumbangan positif bagi kehidupan manusia, IPTEK juga membawa akibat negatif, antara lain sebagai berikut :
1. Kerusakan lingkungan hidup
Pada gelombang kedua, masa industri sampai sekarang kemajuan IPTEK mendorong manusia menguras sumber daya alam. Akibatnya hutan semakin berkurang, air tercemar, udara menjadi kotor, lapisan ozon menjadi tipis. Pola pembangunan yang dijalankan adalah human oriented technology yaitu teknologi yang berpusat pada kepentingan manusia saja tanpa menghiraukan lingkungan dan makhluk lain. Dewasa ini air bersih semakin langka karena tercemar oleh zat-zat kimia, sehingga ikanpun sulit untuk hidup. Agar keseimbangan kehidupan tetap terpelihara, maka penggunaan teknologi dalam pembangunan harus menggunakan pola life-oriented technology yaitu penggunaan teknologi yang memperhatikan lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik.
2. Interaksi sosial
Pada gelombang agraria hubungan antara manusia dengan manusia lainnya diwarnai dengan hubungan kekeluargaan, tata krama, semangat gotong royong dan lebih banyak waktu yang dipakai untuk berkomunikasi antar pribadi. Masyarakat industri mempunyai corak yang lain, pembangunan di kota mengakibatkan urbanisasi yang menimbulkan masalah sosial manusia menjadi individualis, pergaulan dan nilai berubah, nilai lama ditinggalkan dan mengikuti nilai baru yang belum tentu benar.
3. Manusia menjadi bagian dari mesin
Manusia menciptakan teknologi untuk kepentingan manusia sendiri guna meningkatkan mutu dan jumah produksi. Untuk itu diperlukan peralatan yang canggih dan rumit yang bekerja secara cepat dan tepat. Dalan keadaan ini manusia hanya menjadi satu bagian dari mesin yang bekerja secara mekanis dan rutin tanpa pribadi.
4. Pengaruh teori evolusi Darwin
Struggle for existance adalah perjuangan makhluk hidup untuk mempertahankan hidupnya. Perjuangan untuk hidup ini semakin berat apabila spesies populasinya bertambah. Inheritance of variations adalah kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan hanya individu yang sesuai dengan lingkungannya yang dapat bertahan hidup. Survival of the fittest menyatakan bahwa individu yang kuatlah yang dapat bertahan hidup.
Teori Darwin telah mengilhami beberapa ilmuwan salah satunya Karl Marx yang pada waktu yang sama sedang menulis bukunya yang terkenal Das kapital. Buku itu tidak dapat dilanjutkan, karena Karl Marx sendiri mengalami jalan buntu meneruskan jalan pikirnya supaya masuk akal. Setelah membaca buku Darwin, Karl Marx dapat melanjutkan buah pikirnya tentang perjuangan antar kelas masyarakat.
5. Rekayasa genetika
Bayi tabung memerlukan beberapa buah pemikiran dan pertimbangan mengenai voetus yang hidup di dalam tabung. Pada waktu pembuahan terjadi, di dalam tabung hidup lebih dari satu voetus. dari sekian voetus yang hidup hanya satu voetus dimasukkan ke dalam rahim sedangkan voetus yang lainnya dibunuh. Masalahnya disini adalah voetus disejajarkan dengan benih hewan sedangkan menurut para ahli, voetus merupakan satu pribadi benih manusia. Walaupun hal ini memberikan hal positif bagi yang membutuhkan misalnya dengan terbentuknya anak melalui tabung tersebut akan tetapi terkadang terjadi masalah-masalah bahkan penyakit baru baik itu bagi anak maupun ibu yang mengandung.
6. Meningkatkan tingkat kemalasan
Adanya ledakan teknologi yang mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dan pengembangan sumber daya manusia membuat sebagian manusia lupa dan mulai bermalas-malasan. Dengan teknologi, membosankan perhitungan yang mudah dilakukan atau hal-hal yang sebenarnya kita telah mengetahuinya. Secara tidak langsung kita telah diperbudak atau bahkan bisa dikatakan bahwa kita merupakan bagian dari hal tersebut, yang bisa membuat pemikiran kita menjadi tumpul akibat kekurang-asahan kita dalam melatih ingatan dan pemikiran kita.

Kita sudah melihat IPTEK sangat membantu manusia untuk memudahkan dan meningkatkan mutu kehidupan manusia. Tetapi pada sisi lain kita juga melihat keuntungan pada satu pihak, menimbulkan kerugian pada sisi lain. IPTEK tidak berdiri sendiri, IPTEK tidak bebas nilai tetapi IPTEK berhadapan dengan masalah etika tentang yang baik dan benar, tentang yang boleh dan tidak boleh.










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau hasil observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan
2. Pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru.
3. Pengetahuan ini kemudian akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan ketika pengetahuan tersebut bersifat kumulatif, logis, objektif, metodik, sistematik dan general yang kemudian timbullah yang namanya IPA/ Sains.
4. Jenis-jenis Pengetahuan terdiri atas Pengetahuan Tahayul atau Mithos, Pengetahuan ilmiah, Pengetahuan Super-natural, Pengetahuan Ilmiah Semu (Pseudo Science)
5. Peranan IPA dan Teknologi Terhadap Masyarakat antara lain : Tempat penekaan dugaan siswa dan dan pengujian dugaan, Sebagai Fasilitas, Sebagai Sarana Pendidikan, Sebagai Alat Untuk Memasuki Berbagai Bidang Profesi
6. Dampak IPA dan Teknologi terhadap masyarakat adalah membuat kita selalu bergantung terhadap teknologi. Segala sesuatu yang kita kerjakan selalu mengharapkan bantuan teknologi untuk prosesnya. Sehingga kita ini dapat diibaratkan sebagai mesin yang dikendalikan oleh Teknologi.

B.Saran
Manusia sebagai pencetus adanya Teknologi di dunia ini. Disebabkan karena inteligensi yang dimilikinya tersebut. Sebagai manusia yang berilmu, sebaiknya kita menggunakan ilmu yang kita peroleh dari kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Janganlah kita dikendalikan oleh teknologi yang diciptakan oleh sesame manusia sendiri. Sebaiknya kita memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam mempermudah urusan kita, dan juga memanfaatkan teknologi yang kita ciptakan di jalan yang benar.














DAFTAR PUSTAKA
Anglin, Gary J. 1991. Instructional Technology: Past, present, and Future. Englewod : Libraries Unlimited.
Anonim a, 2011. Meningkatkan Teknologi Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa. http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/methods/technlgy/te800.htm. Diakses pada tanggal 15 Maret 2011.
Anonim b, 2011. Practical Kerangka Integrasi Teknologi dalam Pendidikan Matematika.http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.recsam.edu.my/rndpdf/R%26D%2520Research%2520Papers/Technology%2520Integration%2520in%2520Mathematics%2520Education.pdf. Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Anonim c, 2011. Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada Proses Pembelajaran Ipa Biologi Materi Ekosistem Terhadap Penguasaan. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.aace.org/pubs/jcmst/v14n3.html. Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Anonim d, 2011. Mengemas Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pengajaran Sekolah. izzatinkamala.files.wordpress.com/ ... /pengertian-dan-perkembangan-ipa.doc –. Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Anonim e, 2011. Ilmu Pengetahuan Alam, Sains ,dan Teknologi. http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.aace.org/pubs/jcmst/v14n3.html. Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Hassard, Jack, --- , Minds On Science , Georgia Satte University. HapperCollinsPublishers

Kast, Fremont E. James dan Resenweig. 1962. Science Technology and Management. New York : Mc. Grill Book.

Uno, Hamzah. 2010. Profesi Keguruan. Jakarta : Bumi Aksara.